
Pada Jumat malam, 16 Mei 2025, bencana alam melanda Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor, terutama di Distrik Catubouw. Akibatnya, 15 orang dilaporkan meninggal dunia, dan empat lainnya masih dalam pencarian.
Kronologi Kejadian
Hujan Deras dan Longsor
Hujan lebat yang terjadi sejak sore hari menyebabkan tanah di perbukitan menjadi labil. Sekitar pukul 21.00 WIT, longsor terjadi di beberapa titik, menimbun rumah-rumah warga dan memutus akses jalan. Banjir bandang juga melanda permukiman di sekitar sungai, menghanyutkan apa saja yang dilaluinya.
Dampak Terhadap Warga
Sebanyak 24 orang dilaporkan terdampak langsung oleh bencana ini. Empat orang berhasil selamat, 15 ditemukan meninggal dunia, dan lima lainnya masih dalam pencarian. Korban berasal dari beberapa kampung di Distrik Catubouw, termasuk Kampung Meyes dan Kampung Jim.
Upaya Pencarian dan Evakuasi
Tim SAR Gabungan
Sebanyak 96 personel gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan BPBD dikerahkan untuk melakukan pencarian dan evakuasi korban. Mereka dibagi menjadi beberapa tim, termasuk tim pencari, tim evakuasi, dan tim pemantau cuaca.
Kendala di Lapangan
Cuaca ekstrem menjadi tantangan utama dalam proses pencarian. Hujan deras yang terus mengguyur lokasi bencana menyebabkan tanah menjadi labil dan berbahaya bagi tim penyelamat. Pencarian sempat dihentikan sementara untuk menjaga keselamatan tim.
Bantuan dan Dukungan
Bantuan Pemerintah
Kementerian Sosial telah mengirimkan bantuan logistik untuk para korban, termasuk makanan, selimut, dan perlengkapan lainnya. Pemerintah daerah juga mendirikan posko darurat untuk menampung warga yang kehilangan tempat tinggal.
Partisipasi Masyarakat
Masyarakat setempat turut membantu dalam proses pencarian dan evakuasi. Mereka bekerja sama dengan tim SAR untuk mencari korban yang masih hilang dan membantu mendistribusikan bantuan kepada yang membutuhkan.
Analisis Penyebab Bencana
Faktor Alam
Curah hujan yang tinggi dalam waktu singkat menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan mudah longsor. Topografi Pegunungan Arfak yang berbukit-bukit memperparah kondisi ini, membuat wilayah tersebut rentan terhadap bencana alam seperti longsor dan banjir bandang.
Faktor Manusia
Aktivitas manusia seperti pembukaan lahan dan penebangan hutan tanpa kontrol yang memadai dapat mempercepat proses erosi dan mengurangi daya serap tanah terhadap air. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya longsor dan banjir bandang.
Upaya Pencegahan di Masa Depan
Pemetaan Daerah Rawan Bencana
Pemerintah perlu melakukan pemetaan wilayah-wilayah yang rawan terhadap bencana alam untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya bencana alam dan cara menghadapinya sangat penting. Program edukasi dan pelatihan kesiapsiagaan bencana harus digalakkan di daerah-daerah rawan.
Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan
Praktik pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, seperti reboisasi dan pengendalian penggunaan lahan, dapat membantu mengurangi risiko bencana alam.
Kesimpulan
Tragedi banjir bandang dan longsor di Pegunungan Arfak menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan pengelolaan lingkungan yang baik. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, diharapkan kejadian serupa dapat dicegah di masa depan