
Serangan Terbaru Picu Gelombang Duka di Gaza
Konflik di Timur Tengah kembali memanas setelah militer Israel menggencarkan serangan udara ke wilayah Gaza, menewaskan sedikitnya 19 warga sipil, termasuk seorang bayi yang baru lahir. Serangan ini menambah panjang daftar korban jiwa dalam eskalasi yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Menurut laporan dari otoritas kesehatan Palestina, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Serangan berlangsung selama malam hari dan menghantam beberapa area padat penduduk, termasuk kamp pengungsian serta wilayah permukiman sipil yang tidak memiliki perlindungan memadai.
Situasi Medis Makin Memburuk
Rumah-rumah sakit di Gaza dilaporkan dalam kondisi kritis akibat lonjakan korban luka. Banyak fasilitas medis mengalami kekurangan pasokan obat-obatan dan tenaga medis, terutama setelah sejumlah infrastruktur penting hancur akibat serangan. Bayi yang baru lahir yang menjadi korban dilaporkan tewas karena tidak mendapatkan perawatan intensif yang dibutuhkan, akibat listrik padam dan alat bantu yang tidak berfungsi.
Organisasi kemanusiaan internasional menyerukan akses darurat ke wilayah Gaza agar bantuan medis dan makanan bisa segera disalurkan. Namun hingga kini, jalur distribusi bantuan masih tertutup karena blokade ketat yang diberlakukan.
Alasan Militer Israel
Militer Israel mengklaim bahwa serangan mereka ditujukan untuk menghantam markas dan terowongan milik kelompok Hamas. Mereka menuduh Hamas menggunakan wilayah sipil sebagai tameng, yang menurut Israel menjadi alasan kenapa korban dari pihak warga sipil tidak bisa dihindari sepenuhnya.
Namun komunitas internasional dan kelompok HAM mempertanyakan validitas klaim tersebut, dan mendesak agar serangan dihentikan karena jelas-jelas melanggar hukum humaniter internasional.
Reaksi Internasional
PBB, Uni Eropa, dan berbagai negara seperti Turki, Mesir, dan Indonesia telah menyatakan keprihatinan serius atas meningkatnya eskalasi. Kecaman pun dilontarkan terhadap tindakan yang dianggap berlebihan oleh Israel dan menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi.
Kesimpulan
Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza kali ini kembali membuka mata dunia bahwa konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina bukan sekadar isu politik dan agama, tapi sudah menjadi krisis kemanusiaan global. Kehilangan nyawa warga sipil, terutama anak-anak dan bayi, adalah bukti bahwa yang paling menderita dalam perang bukanlah para pemimpin politik, tetapi rakyat biasa yang tidak berdosa.